Breaking News

10/recent/ticker-posts

Di Mata Si Pembenci, Sisi Keburukan Selalu Lebih Menonjol daripada Nilai Kebaikan



Liputanseputarpalembang.com
PALEMBANG – Sebuah kisah hikmah dari lingkungan pondok santri menjadi cerminan mendalam tentang bagaimana seseorang takkan pernah bisa memuaskan semua pihak, terutama di mata si pembenci. Dialog inspiratif antara seorang ustadz dan santri menjadi pengingat, bahwa apapun kebaikan yang dilakukan, selalu saja ada yang mencari cela dan menyudutkan.

Sang ustadz, dengan bijak, menyampaikan kepada santrinya, “Wahai santriku, ketahuilah bahwa di mata si pembenci, kebaikanmu tak akan pernah cukup. Mereka akan selalu mencari celah untuk mencelamu.”

Untuk memperjelas pesannya, sang ustadz mengisahkan sebuah cerita sederhana namun sarat makna. Diceritakan seorang ayah dan anak yang melakukan perjalanan dengan membawa seekor keledai. Dalam setiap pilihan yang mereka ambil—siapa yang naik, siapa yang berjalan kaki, atau bahkan ketika keledai mereka pikul—selalu saja muncul komentar negatif dari orang-orang yang mereka temui di jalan.

Ketika sang ayah naik dan anak berjalan, terdengar cibiran, “Kejam sekali ayah ini.” Saat anak naik dan ayah berjalan, muncul lagi suara nyinyir, “Anak durhaka, membiarkan ayahnya kelelahan.” Bahkan saat keduanya menaiki keledai bersama, mereka dicela karena menyiksa hewan. Hingga akhirnya, mereka memikul keledai di pundak mereka, dan justru ditertawakan habis-habisan.

Ustadz itu lalu menegaskan, “Nak, apa pun yang kita lakukan, jika dilihat dari mata si pembenci, akan selalu tampak salah. Maka jangan hidup untuk menyenangkan orang lain, apalagi mereka yang memang hanya ingin melihat kita jatuh.”

Kisah tersebut bukan hanya menjadi bahan renungan bagi para santri, tetapi juga bagi kita semua yang hidup di tengah masyarakat yang kian vokal, terutama di era media sosial. Betapa sering orang-orang lebih fokus mencari kesalahan daripada menghargai kebaikan.

Pesan dari pondok santri ini mengajarkan bahwa menjaga niat dan prinsip lebih penting daripada mengejar validasi dari mereka yang tak pernah puas. Di mata si pembenci, bahkan kebaikan pun bisa diputarbalikkan menjadi cela.

Melalui pendekatan visual berbentuk komik, pesan ini menjadi lebih mudah dicerna dan menjangkau kalangan muda. Sebuah langkah cerdas dalam menyampaikan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan ala pesantren di tengah derasnya arus opini publik yang seringkali tak berdasar.

Pondok santri kembali membuktikan bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang ilmu, melainkan juga tentang membentuk karakter tangguh yang siap menghadapi penilaian dari siapa pun, termasuk dari mata si pembenci. (Manda) 

Posting Komentar

0 Komentar


Baca juga

TEKNO